TUGAS I
Pertanyaan :
1. Kurs valuta asing jarang stabil, karena nilainya cenderung bervariasi mengikuti kekuatan permintaan dan penawaran yang kompleks. Coba anda sebutkan jenis-jenis valuta asing beserta nama negaranya minimal 25 negara?
Jawab:
1. Argentina = Austral
2. Australia = Dolar
3. Autralia = Schilling
4. Bahrain = Dinar
5. Belgia = Franch
6. Brazil = Cruzeiro
7. Britain = Pound
8. Canada = Dolar
9. Chile = Peso
10. China = Renmimbi
11. Colombia = Peso
12. Denmark = Krone
13. Ecuador = Surre
14. Finland = Markka
15. France = Franc
16. India = Rupee
17. Hongkong = Dolar
18. Indonesia = Rupiah
19. Ireland = Punt
20. Italy = Lira
21. Japan = Yen
22. Jordan = Dinar
23. Kuwait = Dinar
24. Lebanon = Pound
25. Malaysia = Ringgit
26. Malta = Lira
27. Mexiko = Peso
28. Netherland = Guilder
29. Pakistan = Rupee
30.Peru = New Sol
2. Akuntansi harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat yang terus berubah dan harus mencerminkankan kondisi budaya, ekonomi, hokum, sosial, dan politik dari masyarakat tempat beroperasi. Kegunaaan teknis dan sosial akuntansi tergantung pada kemampuannya untuk merefleksikan kondisi-kondisi ini. Coba saudara sebutkan dan jelaskan klasifikasi dan pengembangan akuntansi internasional?
JAWAB :
A. Klasifikasi Akuntansi Internasional
Klasifikasi akuntansi internaisonal dapat dilakukan dalam dua cara yaitu klasifikasi Subjektif dan secara empiris.
1. Klasifikasi Subyektif
Yaitu Klasifikasi dengan peritmbangan bergantung pada pengetahuan, instituisi dan pengalaman.
a. Menurut Prof. G.G Mueller
Dia mengatakan bahwa sepuluh “kelompok praktik akuntansi yang berbeda dapat dilihat. Dia mengaitkan 10 pengelompokantersebut dengan masing-masing lingkungan bisnis yang berbeda tempatt mereka beroperasi. Tiap kelompok dilaporkan berbeda dari yanglainnya paling tidak dalam satu hal penting. Kesepuluh kelompok tersebut adalah :
AS/Kanada/Belanda, Persemakmuran Inggris, Jerman/Jepang, Eropa daratan, Skandanavia, Israel/Meksiko, Amerika Selatan, Negara-negara berkembang di Timur tengah jauh dan dekat, Afrika (Kecuali afrika selatan, dan Negara-negara komunis.
b. Menurut Kommite On Internasional Accounting Operations and Education 1975-1976 dariAAA
Bahwa Pola akuntansi dunia bisa dikalsifikasikan berdasarkan " Zona Pengaruh" berdasarkan sumber historis, budaya, social, ekonomi yang telah mempengaruhi prinsip-prinsip akuntansi yang mendasari pengukuran dan pelaporan akuntansi keuangan dinegara Negara dan wilayah yang berbeda. Komite tersebut membedakan 5 Zona Pengaruh yaitu : Inggris, prancis, jerman/Belanda/AS/Komunis.
Setelah dipastikan klasifikasi praktik akuntansi yang ada berguna sekarang terbukti berguna dalam mengatur operasi kantor dan system pengendalian keuangan.
c. Menurut Prof. CW.Nobes
la menyarankan sebuah sistem klasifikasi yang menambahkan integritas hirarkis kedalam berbagai upaya yanga sebelumnya.Klasifikasi tersebut mengandung suatu hirarki dan mencoba memperlihatkan bahwa tidak saja dua Negara tertentu berada dalam kategori yang berbeda tetapi juga seberapa jauh atau dekat kategori-kategori ini.
d. Menurut Prof. SJ.Gray
Dia mengevaluasi pengaruh dari factor-faktor budaya terhadap system-sistem akuntansi dengan memperluas riset prof. G. Hofstrede yang dipublikasikan dalam Cultire's consequences tahun 1980. Hofstrede mengindentifikasi 4 Nilai budaya yaitu jarak kekuasaaan, individualism, maskulintas, dan penghindaran ketidakpastian. Dari analisis data-data yang diperoleh dari karyawan-karyawan perusahaan-perusahaan multinasional besar AS yang beroperasi di 40 negara yang berbeda. Riset Gray merupakan suatu terobosan dimana riset tersebut menyiratkan bahwa perbedaan-perbedanaan budaya yang nyata mungkin bisa menjelaskan perbedaaan-perbedaan antarnasional dalam system akuntansi. Hipotesis Gray mulai diujisecara empiris.
2. Klasifikasi yang Teruji Secara Empiris
Yaitu Klasifikasi secara empiris menggunakan metode statistik untuk mengumpulkan data prinsip dan praktek akuntansi seluruh dunia. Analsis praktik-praktik akuntansi dan pelaporan yang secara nyata dipakai adalah cara lain untuk membentuk system kalsifikasi.
Pelopor dalam upaya ini adalah Prof. R. C. Da Costa, J.C.Bourgeois, dan W.M Lawson pada satu sisi dan prof.W.G. Frank dan R.D. Nair di sisi lain. Mereka seperti halnya peneliti-peneliti lain, telah mengaplikasikan anaiisis factor untuk menemukan berbasis statistic dari praktik-praktik akuntansi yang ada sekarang. Studi tentang Cluster menggunakan data-data suvey kualitatif mengenai prinsip-prinsip akuntansi dan praktik pelaporan yang disiapkan dan dipublikasikan oleh Price Water House Internasional. Dengan data tah 1973,1975, dan 1979. Peneliti-peneliti itu terdiri dari:
1. Kelompok-kelompok Akuntansi Da Costo-Bourgeois-Lawson
2. Kelompok-Kelompok Auntansi Frank
3. Kelompok-kelompok Pengukuran Nair-Frank 1975
4. Studi Doupnik bahwa sebagian peredaan pelaporan keuangan menurun diantara Negara Negara disebabkan ketaatan kepada standar akuntansi internasional telah meningkat selama waktu waktu tersebut yaitu pada periode 1975-1983.
5. Studi Z. Rebman -Huber bahwa tingkat pengaruh pemerintah nasional atas penyusunan standar akuntansi keuangan atau legistimasi pemerintah terhadap proses tersebut merupakan sarana klasifikasi berguna. Studi yang dilakukan Rebman - number berkenaan dengan sisi masukan dari system akuntansi yaitu penyusunan standar akuntansi,sedangkan semua studi sebelumnya diarahkan pada keiuaran system akuntansi yaitu praktik actual. Keduanya menjanjikan riset tambahan.
B. Pengembangan Akuntansi Internasional
Akuntansi Internasional adalah akuntansi untuk transaksi internasional, perbandingan prinsip akuntansi antarnegara yang berbeda dan harmonisasi berbagai standar akuntansi dalam bidang kewenangan pajak, auditing dan bidang akuntansi lainnya. Akuntansi harus berkembang agar mampu memberikan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan di perusahaan pada setiap perubahan lingkungan bisnis. Berikut ini karakteristik era ekonomi global:
1. Bisnis internasional
2. Hilangnya batasan-batasan antar Negara era ekonomi global sering sulit untuk mengindentifikasi Negara asal suatu produk atau perusahaan, hal ini terjadi pada perusahaan multinasional
3. Ketergantungan pada perdagangan internasional
1.1 Pola Pengembangan Komparatif
1. Pola Makroekonomis
Praktek akuntansi didapatkan dari dan dirancang untuk meningkatkan tujuan makroekonomi nasional. Suatu perusahaan merupakan bagian dari kepentingan publik yang mempengaruhi dan mengarahkan kebijakan-kebijakan nasional.
2. Pola Mikroekonomis
Akuntansi bekembang dari prinsip-prinsip mikroekonomi. Tujuannya terletak pada perusahaan secara individu yang memiliki tujuan untuk bertahan hidup.
3. Disiplin Independen
Akuntansi berasal dari praktek bisnis dan berkembang secara ad hoc, dengan dasar perlahan-lahan dan pertimbangan, coba-coba, dan kesalahan. Akuntansi dipandang sebagai fungsi jasa yang konsep dan prinsipnya diambil dari proses bisnis yang dijalankan dan bukan dari cabang keilmuan seperti ekonomi.
4. Keseragaman Akuntansi
Akuntansi distandariasi dan digunakan sebagai alat untuk kendali administrasi oleh pemerintah pusat. Keseragaman dalam pengukuran, pengungkapan, dan penyajian akan memudahkan perancang pemerintah, otoritas pajak, dan bahkan manajer untuk menggunakan informasi akuntansi dalam mengendalikan seluruh jenis bisnis.
1.2 Pengembangan yang didasarkan pada Kerrangka-kerangka Konseptual
FASB di AS telah memulai upaya utamanya untuk membentuk kerangka konseptual bagi akuntansi keuangan sejak awal organisasi itu berdiri tahun 1973. Proyek tersebut bertujuan untuk menghubugkan penetapan standar akuntansi keuangan dengan faktor-faktor lingkungan. Kerangka konseptual menggunakan dasar pikiran akuntansi sebagai suatu disiplin independen. Faktor-faktor internal atau intrinsik dari akuntansi disusun secara hirarkis komperhensif dan konsisten bagi semua aspek disiplin akuntansi keuangan. Sejumlah variabel akuntansi internal yang dicakup oleh kerangka konseptual dikembangkan dan dibahas. SFAC No. 3 FASB mengindentifikasikan item-item ini sebagai elemen-elemen iaporan keuangan. Kesepuluh elemen itu adalah aset, kewajiban, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi kepada pemilik, laba komprenhensif, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian.
1.3 Perusahaan Multinasional Sebagai Agen Pengembangan Akuntansi
Munculnya suatu badan standar-standar akuntansi keuangan yang dikhususkan bag! keperluan-keperluan perusahaan multi nasional sebagai agen pengembangan akuntasi, maka perusahaan-perusahaan ini akan menjadi inovator akuntansi yang penting. Karena eksistensi mereka tergantung pada inovasi organisasi, ekonomi politik dan yang lainnya. Saat ini, tidak ada riset yang jelas atau pembuatan kebijakan yang khusus yang ditunjukan bagi pengembangan bag! akuntansi internasional berdasarkan perusahaan multi nasional. Usaha PBB dalam mengembangkan akuntansi internasional hanya menjamin kesuksesan jangka pendek saja yang di dalamnya terlibat hubungan emosi dan politik. Sejauh ini IASC tetap mempertahankan perspektif vilagenya, pendekatan yang berorientasi pada perusahaan multi nasional tidak akan memperolah dukungan profesional. Namun perusahaan multi nasional itu mungkin memilih untuk melakukan inovasi dengan cara mereka sendiri jika tanggapan yang realistik atas masalah-masalah akuntansi yang unik bagi mereka tidak segera muncul.
1.4 Kebutuhan-kebutuhan Akuntansi dari Negara-Negara Berkembang
Saat ini akuntansi di negara-negara berkembang sedang meningkat akhir-akhir ini, hal ini terlihat dari kebutuhan akuntansi dinegara berkembang yaitu :
1. Tipe sistem akuntansi yang dibutuhkan di negara berkembang.
Sistem akuntansi negara berkembang seharusnya membuat dan kemudian menjalankan sistem yang mereka anggap tepat, dan dilakukan secara selektif. Yang berdasarkan sistem akuntansi terkait dengan lingkungan lokal.
2. Pendidikan dan sarana untuk memperbanyak akuntan-akuntan yang terlatih. Untuk meningkatkan akuntan-akuntan terlatih di negara berkembang diperlukan keselarasan pendidikan dan pelatihan namun tidak sesuai dengan praktikyang nyata. Sehingga menimbulkan ketidak berhasilan, ketidak berhasilan itu dikarenakan pendidik dan pelatih datang dari negara maju yang memiliki persepsi yang kurang tepat mengenai kondisi-kondisi lokal.
3. Sebutkan dan jelaskan pola pengembangan komparatif akuntansi internasional?
Jawab :
Pola Pengembangan Komparatif di bagi menjadi empat yaitu sebagai berikut :
1. Pola Makroekonomis
Praktek akuntansi didapatkan dari dan dirancang untuk meningkatkan tujuan makro ekonomi nasional. Suatu perusahaan merupakan bagian dari kepentingan public yang mempengaruhi dan mengarahkan kebijakan-kebijakan nasional.
Pola Makroekonomis terdiri dari:
a. Perusahaan bisnis merupakan unit yang esensial dalam struktur ekonomi suatu negara.
b. Perusahaan mencapai tujuannya dengan cara yang terbaik melalui koordinasi erat aktivitas-aktivitasnya dengan kebijakan-kebijakan ekonomi nasional dalam lingkungannya.
c. Kepentingan public dilayani dengan baik jika akuntansi perusahaan bisnis saling berhubungan erat dengan kebijakan nasional
2. Pola Mikroekonomis
Akuntansi berkembang dari prinsip-prinsip mikroekonomi. Tujuannya terletak pada perusahaan secara individu yang memiliki tujuan untuk bertahan hidup.
3. Disiplin Independen
Akuntansi berasal dari praktek bisnis dan berkembang secara ad hoc, dengan dasar perlahan-lahan dan pertimbangan, coba-coba, dan kesalahan. Akuntansi dipandang sebagai fungsi jasa yang konsep dan prinsipnya diambil dari proses bisnis yang dijalankan dan bukan dari cabang keilmuan seperti ekonomi.
4. Keseragaman Akuntansi
Akuntansi distandariasi dan digunakan sebagai alat untuk kendali administrasi oleh pemerintah pusat. Keseragaman dalam pengukuran, pengungkapan, dan penyajian akan memudahkan perancang pemerintah, otoritas pajak, dan bahkan manajer untuk menggunakan informasi akuntansi dalam mengendalikan seluruh jenis bisnis. Terdapat 3 pendekatan akuntansi yaitu :
a. Pendekatan Bisnis
Keseragaman akuntansi ditunjukan secara khusus kepada pemakai-pemakai tertentu data akuntansi.yang sering dipakai cabang industri dan perdagangan.
b. Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ini mengaitka akuntansi dengan kebijakan publik.
c. Pendekatan Teknis
Pendekatan ini bersifat analitis, dimana pendekatan dengan menseragamkan dari prinsip-prinsip dasar pembukuan double entry.
4. Perusahaan-perusahaan yang beroperasi secara internasional memakai berbagai metode untuk menekpresikan dalam satuan valuta domestik, aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban yang dinyatakan atau telah dikuantifisir dalam valuta asing. Metode-metode translasi ini dapat diklasifikasikan kedalam dua tipe, coba saudara sebutkan dan jelaskan mengenai metode tersebut beserta contohnya?
Jawab:
Metode- Metode translasi ini dapat dikalsifikasikan ke dalam dua tipe yaitu :
a. Single Rate Method
Metode ini mengaplikasikan kurs tunggal, yaitu kurs yang berlaku atau kurs penutupan, untuk semua aktiva dan aktiva dan kewajiban valuta asing. Pendapatan dan beban valuta asing umumnya ditranslasikaan pada kurs yang berlaku pada saat item-item ini diakui. Meskipun begitu, untuk tujuan kelayakan, item-item tertimbang dari kurs-kurs yang berlaku untuk periode yang bersangkutan. Laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap oleh perusahaan induk sebagai entitas otonom, memiliki domisisli pelaporan mereka sediri. Dimana perusahaan afiliasi asing tersebut mentransaksikan urusan bisninya yaitu dengan cara yang paling baik adalah penggunaan kurs berlaku.
Metode translasi ini memperahankan hasil keuangan dan hubungan asli (misalnya rasio-rasio keuangan) dalam laporan konsolidasi dari entitas-entitas individual yang dikonsolidasi. Dalam metode kurs berlaku. hasil-hasil konsplidasi akan mencerminkan perspektif-perspektif valuta dari masing-masing negara tempat dimana perusahaan-perusahaan anak berada. Sebagai contoh jika sebuah aktiva diperoleh sebuah perusahaan anak di luar negeri seharga VA 1,000 ketika kursnya adalah VA 1 = $1. maka biaya historisnya dari perspektif dolar adalah $1.000; dari perspektif yaluta lokal juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA 5 = $1. biaya historis aset tersebut dari perspektif dolar (translas. biaya historis) tetap $1,000. Jika valuta lokal tetap dipertahankan sebagai unit pengukuran, nilai aset akan diekspresikan sebesar $200 (translasi kurs berlaku).
Metode kurs beriaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan bahwa semua aktiva-valuta lokal dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu. mengasumsikan bahiva fluktuasi valuta domestik yang ekivalen, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi berjalan. Mentranslasikan semua saldo valuta asing dengan kurs berlaku menimbulkan keuntungan darI Kerugian translasi setiap saat kurs berubah. Memasukkan penyesuaian nilai tukar seperti itu dalam laba berjalan bisa mendistorsikan ukuran kinerja secara signifikan. Sebagian besar keuntungan dan kerugian ini mungkin tidak pernah terealisasi secara penuh, karena kurs seringkali berganti arah sebelum realisasi terjadi.
b. Multiple Rate Method
Metode-metode kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses translasi. 3 metode semacam itu akan dibahas berikut ini.
1. Metode berlaku-historis.
Aktiva lancar dan kewajiban lancar sebuah perusahaan anak di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporan perusahaan induknya dengan menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban non-lancar ditranslasikan dengan kurs historis. Metodologi ini, sayangnya, memiliki sejumlah kelemahan. Misalnya, metode ini kurang memiliki justifikasi konseptual. Definisi-definisi yang ada mengenai aktiva dan kewajiban lancar dan non-lancar tidak menjelaskan mengapa cara klasifikasi seperti itu menentukan kurs mana yang akan digunakan dalam proses translasi. Lebih jauh, kurs yang berfluktuasi mungkin menghasilkan translasi yang mendistorsi hasil-hasil operas! antara periode-periode akuntansi. Persediaan adalah salah satu contohnya.
Dalam kondisi nilai tukar yang memburuk, anggaplah sejumlah persediaan dikapalkan perusahaan induk di AS ke salah satu perusahaan anaknya selama kuartal ketiga tahun 1 pada saat kurs VA 1 = $1. Asumsikan juga persediaan ini tak terjual sampai akhir tahun, yaitu tanggal laporan keuangan. Persediaan ini memiliki biaya dalam dolar sebesar $100,000. Jadi, perusahaan anak tersebut akan mencatat transaksi ini dalam bukunya pada VA 100,000. perusahaan anak tersebut beroperasi dengan 50% markup atas biaya, sehingga harga penjualan persediaan tersebut adalah VA 150,000.
Jika persediaan tersebut kemudian dijual seharga VA 150,000 selama kuartal pertama tahun 2, dan kurs rata-rata selama kuartal ini adalah VA 1 = $.95, transaksi tersebutmenghasilkan $142,500. Marjin kotor dari penjualan tersebut akan dilaporkan sebesar $52,000 pada tahun 2, sedangkan, seharusnya dilaporkan $42,500—perbedaan aktual antara biaya dan harga penjualan dalam dolar AS. Dalam contoh ini,
1. Sebenarnya tidak terjadi "kerugian" valuta asing dalam tahun 1. Penurunan kurs hanya mengurangi marjin laba kotor yang awalnya diharapkan.
2. Hasil-hasil operasi yang dilaporkan untuk tahun pertama maupun tahun ke-2 terdistorsi karena metode translasi valuta asing yang tidak realistis.
Pemakaian kurs akhir-tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar menyiratkan bahwa kas, piutang, dan persediaan valuta asing sama-sama dipengaruhi oleh risiko nilai tukar. Namun dalam situasi dimana peningkatan harga lokal dimungkinkan setelah devaiuasi, nilai persediaan terlindungi dari erosi valuta. Dengan demikian, penghapusan persediaan sebesar $10,000 dalam kasus tersebut tidak akan dibenarkan. Di sisi lain, translasi hutang jangka panjang memakai kurs historis melindungi periode-periode intern dari dampak fluktuasi valuta sedangkan tahun penyelesaiannya terbebani sejumlah keuntungan atau kerugian translasi. Banyak pengamat melihat hal ini bertentangan dengan realitas.
2. Metode moneter-nonmoneter.
Seperti halnya metode berlaku-historis, metode moneter-nonmoneter memakai pola klasifikasi neraca untuk menentukan kurs.tianslasi yang tepat.
kewajiban moneter—mewakili hak untuk menerima atau keharusan untuk membayar sejumlah valuta asing tertentu di masa depan (kas, piutang, dan hutang, termasuk hutang jangka panjang)—ditranslasikan memakai kurs berlaku. Item-item nonmoneter—aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan persediaan—ditranslasikan memakai kurs historis. Item-item laporan laba-rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan prosedur yang telah dijelaskan bagi kerangka metode berlaku-historis.
Karena item-item moneter diselesaikan dalam kas, pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan item-item valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen yang mencerminkan nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya.
Contoh :
Sebuah perusahaan afiliasi AS di luar negeri memiliki saldo kas valuta asing sebesar VA 1,000 yang tak berubah selama tahun yang dimaksud. Kurs selama tahun tersebut adalah sebagai berikut:
1 Januari VA 1 = $1.00
1 Desember VA 1 = $0.67
Penggunaan kurs historis (VA 1 = $1) untuk mentransiasikan saldo kas VA 1,000 pada akhir tahun akan menghasilkan dolar ekivalen $1.000. Namun. konversi saldo kas ini kedalam dolar pada akhir tahun sebenarnya (dengan mengabaikan biaya transaksi) hanya akan menghasilkan S667. bukan $1,000. Jadi dari titik pandang perusahaan induk, pemakaian kurs historis untuk mentransiasikan item-item moneter menghasilkan informasi yang kurang berguna. Karena aset-aset non-moneter dinilai pada biaya historis, translasi item-item ini dengan menggunakan kurs historis mempertahankan nilai neraca awal. Sedangkan jika yang dipakai kurs berlaku, tidak akan mempertahankan nilai neraca awal. translasi ini mengkaitkan risiko nilai tukar dengan komposisi aktiva lancar perusahaan. Metode ini juga merefleksikan perubahan-perubahan dalam valuta domestik ekivalen dari hutang jangka panjang dalam periode terjadi hutang tersebut. menghasilkan indikator efek nilai tukar yang dianggap lebih tepat waktu.
Metode moneter-nonmoneter, seperti halnya pendahulunya. bergantung pada pola klasifikasi untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Karena translasi berkenaan dengan pengukuran dan bukan dengan klasifikasi, karakteristik-karakteristik aktiva dan kewajiban yang menentukan laporan keuangan tidak relevan dalam pemilihan kurs translasi yang tepat.
3. Metode Temporal.
Menurut pendekatan temporal, translasi valuta merupakan suatu proses konversi pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai tertentu). Karena itu, metode ini tidak dapat digunakan untuk mengubah atribut suatu item yang sedang diukur; metode ini hanya dapat mengubah unit pengukuran. Translasi saldo valuta asing, misalnya, hanya mengubah (restate) denominasi persediaan, tidak penilaian aktualnya. Dalam GAAP AS, aktiva kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan akan diterima ata'ii dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain diukur pada harga yang berlaku ketika item-item tersebut diperoleh atau terjadi (harga historis). Meskipun begitu, beberapa diantaranya diukur berdasarkan harga yang berlaku pada tanggal laporan keuangan (harga berjalan), seperti persediaan dibawah aturan biaya atau pasar. Pendek kata, ada dimensi waktu yang berkaitan dengan nilai-nilai uangini.
item-item moneter seperti kas, piutang, dan hutang ditranslasikan dengan kurs berlaku. Item-item non moneter ditranslasikan dengan kurs yang sesuai dengan basis pengukuran aslinya. Secara khusus, aset yang tercatat dalam laporan keuangan valuta asing berbasis biaya historis ditranslasikan memakai kurs historis. Mengapa? Karena biaya historis dalam valuta asing yang ditranslasikan memakai kurs historis menghasilkan biaya historis dalam valuta domestik. Sama halnya, item-item non moneter yang tercatat di luar negeri berbasis nilai berjalan ditranslasikan memakai kurs berlaku karena nilai berjalan dalam valuta asing yang ditranslasikan memakai kurs berlaku menghasilkan nilai berjalan dalam valuta domestik. Item-item pendapatan dan beban ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada saat transaksi yang mendasarinya terjadi, walaupun pemakaian kurs rata-rata disarankan jika transaksi-transaksi pendapatan atau beban terlalu banyak.
Dalam praktik, variasi-variasi dari metode-metode translasi yang telah dibahas tadi banyak diperkenalkan untuk mengakomodasi situasi operasi dan filosofi manajemen tertentu. Sebagai contoh. beberapa perusahan internasional yang taat pada metode kurs berlaku tetapi mentranslasikan aktiva tetapnya memakai kurs historis. Perusahaan-perusahaan lain yang lazim memakai metode berlaku-historis tetapi mentranslasikan persediaan memakai kurs yang berlaku pada tanggal perolehan. Perusahaan-perusahaan yang menyukai metode moneter-nonmoneter ternyata mentranslasikan hutang jangka panjang memakai kurs historis bukannya kurs berlaku sementara perusahaan-perusahaan yang menggunakan metode temporal seringkali mentranslasikan persediaan memakai kurs berlaku.
TUGAS II
STANDAR AKUNTASI INTERNASIONAL
IAS 1 Pengungkapan kebijaka-kebijakan Akuntansi
IAS 2 Penilaian dan Penyajian Persediaan dalam Konteks Sistem Biaya
IAS 4 Akuntansi Depresiasi
IAS 5 Informasi yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan
IAS 7 Laporan Perubahan Posisi Keuangan
IAS 8 Item-item tidak biasa dan item-item periode sebelumnya dan perubahan dalam kebijakan akuntansi.
IAS 9 Akuntansi bagi Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
IAS 10 Kontinjensi-Kontinjensi dan Kejadian-Kejadian Setelah Tanggal Neraca
IAS 11 Akuntansi bagi Kontrak Konstruksi
IAS 12 Akuntansi bagi Pajak Penghasilan
IAS 13 Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Lancar
IAS 14 Pelaporan Informasi Keuangan per Segmen
IAS 15 Infor masi yang Mencerminkan Efek-Efek Perubahan Harga
IAS 16 Akuntansi bagi Properti. Pabrik dan Peralatan
IAS 17 Akuntansi bagi Sewa Guna Usaha
IAS 18 Pengakuan Pendapatan
IAS 19 Akuntansi bagi Tunjangan Pensiun dalam Laporan Keuangan Perusahaan
IAS 20 Akuntansi bagi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan atas Bantuan-Bantuan Pemerintah
IAS 21 Akuntansi bagi Efek-Efek dari Perubahan dalam Kurs Valuta Asing
IAS 22 Akuntansi bagi Penggabungan Bisnis
IAS 23 Kapitalisasi Biaya-Biaya Peminjaman
IAS 24 Related Party Disclosures
IAS 25 Akuntansi bagi Investasi
IAS 26 Akuntansi dan Pelaporan oleh Rancangan Tunjangan Pensiun
IAS 27 Laporan Keuangan Konsolidasi dan Akuntansi bagi Investasi dalam
Perusahaan Anak
IAS 28 Akuntansi bagi Investasi dalam Perusahaan Asosiasi
IAS 29 Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi
IAS 30 Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan yang Serupa IAS 31 Pelaporan Keuangan Kepemilikan dalam Usaha Patungan